Musisi reggae Bob Marley meninggal dunia lebih dari 30 tahun silam. Namun, lagu-lagunya seperti 'Get Up, Stand Up' dan 'Is This Love' masih digemari dan terus didengarkan oleh penggemarnya di seluruh dunia.
Segala sesuatu terkait sang legenda, seperti buku atau dokumentasi lain yang jumlahnya tidak terhitung, terus mengalir hingga kini.
Seperti dikutip dari BBC, pada Kamis (19/4/2012) lalu, para penggemarnya kembali dimanjakan oleh 'kehadiran' Bob Marley. Kali ini dalam bentuk film dokumenter.
Dihadiri ratusan penggemarnya yang memadati sebuah taman di ibu kota Jamaika, Kingston, film dokumenter karya sutradara Kevin Macdonald diputar secara perdana.
Ini adalah film dokumenter tentang Bob Marley, yang pembuatannya melibatkan keluarga musisi reggae itu.
Di tengah kerumunan penggemarnya, termasuk para pedagang kaki lima, sosok Bob Marley, yang dianggap sebagai pahlawan di tanah kelahirannya, Jamaika, terasa hidup kembali pada malam itu.
"Aku adalah sang petualang jiwa," teriak Bob Marley, yang terdengar dari potongan-potongan filmnya, menggetarkan para penonton yang seolah tersihir.
Sebagai hadiah untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Jamaika, panitia pemutaran film tidak memungut biaya bagi warga Kingston untuk menonton langsung film ini.
Dengan layar tancap, penggemar Bob Marley dari kalangan miskin dapat menikmati sosok sang idola, sekaligus tokoh kesayangan warga negara itu di udara terbuka.
Sebuah karpet merah, hijau, dan dipadu emas yang semula dihampar untuk penonton VIP, kemudian digulung kembali, karena dianggap melanggar kesucian warna Rastafara, merah, hijau, dan emas yang dilekatkan pada sosok Bob Marley.
Meskipun film dokumenter ini menggambarkan perjalanan singkat Marley, yang meninggal akibat kanker pada usia 36 tahun (1981), film ini disebut-sebut lebih 'lengkap' ketimbang film-film tentang Marley sebelumnya.
"Anda belajar tentang pria yang musiknya didengar di mana-mana, Anda belajar bagaimana dia memulai hidupnya yang semula sulit, dan bagaimana dia memperlakukan orang lain secara murah hati, serta bagaimana dia seperti pria pada umumnya," kata Chris Blackwell, pemilik Island Records, yang ikut terlibat dalam membuat film ini.
Dalam film ini, Bob Marley digambarkan lebih otentik.
"Filem ini sangat menguras emosi dan begitu dalam. Bagaimana dia jatuh sakit, bagaimana dia kemudian bangkit dengan tekad dan kuatnya," imbuh Blackwell.
Bagaimanapun, sosok Marley membentang dan melampaui dunia musik yang didalaminya. Ini terbukti dari sosoknya yang hingga kini menjadi ikon global, di mana namanya dijual dalam bentuk topi, kaos, hingga aksesoris ponsel.
Jadi, apakah film dokumenter Marley ini akan mempertebal legenda dirinya serta menjadi komoditas ekonomi?
"Film Marley ini bukan untuk komoditas," cetus Kevin Macdonald.
Menurut Kevin, film ini sangat bertentangan dengan sosok Marley yang selama ini dikenal melalui gambar poster atau kaos.
"Ini film yang sangat pribadi dan intim. Kami mencoba untuk menjadikannya seperti potret yang otentik," tambahnya.
Di Jamaika, tanah kelahiran Marley, muncul permintaan agar Marley dijadikan pahlawan nasional, agar posisinya mirip dengan tokoh Jamaika lainnya yang berjuang melawan perbudakan dan kolonialisme.
"Bob Marley adalah salah satu manusia terbesar yang pernah hidup di bumi," kata Lisa Hanna, Menteri Pemuda dan Budaya Jamaika, di sela pemutaran film.
Bob Marley dilahirkan di Saint Ann, Jamaika 6 Februari 1945. Dia meninggal dunia di Miami Florida pada 11 Mei 1981 dalam usia 36 tahun.
Hingga saat ini Bob Marley masih dianggap satu-satunya musisi papan atas dunia yang berasal dari negara berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar